Pernah kah kamu merasa
berada dalam sebuah putaran waktu yang merujuk pada masa ternyamanmu? Pernahkah
kamu menjalani titian waktu yang ternyata terus berlalu? Pernahkah kamu
tertahan oleh kenangan yang seharusnya segera dibuang jauh-jauh?.
Jika boleh aku memilih.
Andai aku dapat kembali dengan diriku sendiri pada waktu itu. Mungkin aku
dengan cepatnya memilih, untuk tetap menutup tirai hati bagi siapapun yang
berusaha membongkarnya. Namun nyatanya,tirai itu tak sekuat apa yang aku
bayangkan. Ia goyah hanya dengan sentilan halus semata. Dengan hanya sedikit
dorongan yang abstrak. Alhasil, ruang kosong yang dari dulu memang tak pernah
berpenghuni itu,akhirnya ada yang menempati dengan anggun.
Aku menjaganya baik-baik.
Hingga tak kuijinkan siapapun merebut atau menyakitinya. Mungkin,suatu hari aku
akan menyadari bahwa yang kujaga selama itu akan pergi dengan sesuka hati.
Tapi,pemikiran logis seperti itu sirna begitu saja. Mengingat aku memilikimu
sekarang. Adakah yang mampu untuk menghentikan ini? Jika selain Allah SWT yang
mampu. Tersenyum melihatnya tersenyum disetiap pagi menyapa. Senja menguning
terlihat begitu indah dilihat dari mata itu. Luluh menderai kalbu yang mulai
memujanya. Duri-duri halus yang semakin lama semakin terasa sakit,lekas ku
cabut dan ku obati. Menjaga itu baik-baik, agar dapat aku semai hingga
berkembang menjadi satu kesatuan yang abadi dan nyata.
Tak terasa,waktu berjalan
begitu cepat bagaikan rollercoaster di arena bermain. Menghentikan kerlip
bintang yang pernah aku lihat. Bintang-bintang yang sengaja ku susun rapi-rapi
agar menjadi bentuk indah seperti hati. Aku memamerkan keindahanya kepada
siapapun disekelilingku. Namun, bunga tak selamanya bermekaran dengan
indahnya,burung tak selamanya bertempat disarangnya. Yang kutakutkan akhirnya
menjadi nyata. Ia pergi dengan begitu cepatnya. Pergilah ia dengan cita-cita
dan asa yang ia miliki. Tanpa perduli dengan tempat yang pernah ia singgahi.
Layaknya benda mati, tempat itu hanya diam. Tentu saja,tak melakukan tindakan
atau perlawanan apapun. Tempat yang suci itu, hanya bisa memandangi ia yang
telah pergi dengan senyuman tipis. Senyuman yang tak pernah terlihat menangis.
Oh iya,kira-kira burung itu telah berhenti pada tempat lain. Pada tempat yang
menjadi tujuanya kini. Mungkin,disana lebih aman untuk tinggal. Mungkin
disana,ada singgasana yang elok.
Sehingga ia tak ingin untuk meninggalkanya.
Yang aku tahu,akan sangat merasa sempurna bila menampati ruang disana.
Apa kabar tempat usang
tadi?
Kini,hati itu mulai
berdebu dan meninggalkan sarang luka. Siapa peduli? Siapapun tak ada,bahkan ia.
Yang tempat itu tau,ia telah tenang dan bahagia di tempat yang baru. Tempat itu
sangat tegar dan kuat. Walaupun telah usang,namun kenangan yang terpatri di
dalamnya sangat sulit untuk di pindah apalagi dibuang jauh-jauh. Semilir angin
terasa masih sama dengan masa itu. Memberikan hawa kehidupan yang luar biasa
indah. Rasanya masih sama. Sudah berapa lama ruang ini kosong? Cukup lama.
Ruang ini dapat menjadi saksi betapa indahnya yang pernah datang lalu pergi. Perlahan,ruang
ini mulai membenahi dirinya sendiri,mencoba bangkit dari hantaman dahsyat yang
cukup membuatnya hancur berantakan menjadi kepingan. Tentu saja,ia melakukan
semuanya sendiri. Kepergian memang memberi berjuta kisah nyaris. Namun,ruang
ini mampu berdiri walaupun harus tertatih. Biarkan ia pergi,biarkan burung itu
berkelana sejauh mungkin. Jika memang tempat ini tak lagi menjadi tujuan untuk
pulang. Tempat ini akan terus suci. Yang ia tahu sekarang ini,dia yang telah
bersemayam di singgasana lain. Adalah ia yang tak pernah benar-benar pergi…..
:’)
0 comments:
Posting Komentar