Rabu, 05 November 2014

Yang Tak Pernah Benar-Benar Pergi



Pernah kah kamu merasa berada dalam sebuah putaran waktu yang merujuk pada masa ternyamanmu? Pernahkah kamu menjalani titian waktu yang ternyata terus berlalu? Pernahkah kamu tertahan oleh kenangan yang seharusnya segera dibuang jauh-jauh?.
Jika boleh aku memilih. Andai aku dapat kembali dengan diriku sendiri pada waktu itu. Mungkin aku dengan cepatnya memilih, untuk tetap menutup tirai hati bagi siapapun yang berusaha membongkarnya. Namun nyatanya,tirai itu tak sekuat apa yang aku bayangkan. Ia goyah hanya dengan sentilan halus semata. Dengan hanya sedikit dorongan yang abstrak. Alhasil, ruang kosong yang dari dulu memang tak pernah berpenghuni itu,akhirnya ada yang menempati dengan anggun.
Aku menjaganya baik-baik. Hingga tak kuijinkan siapapun merebut atau menyakitinya. Mungkin,suatu hari aku akan menyadari bahwa yang kujaga selama itu akan pergi dengan sesuka hati. Tapi,pemikiran logis seperti itu sirna begitu saja. Mengingat aku memilikimu sekarang. Adakah yang mampu untuk menghentikan ini? Jika selain Allah SWT yang mampu. Tersenyum melihatnya tersenyum disetiap pagi menyapa. Senja menguning terlihat begitu indah dilihat dari mata itu. Luluh menderai kalbu yang mulai memujanya. Duri-duri halus yang semakin lama semakin terasa sakit,lekas ku cabut dan ku obati. Menjaga itu baik-baik, agar dapat aku semai hingga berkembang menjadi satu kesatuan yang abadi dan nyata.
Tak terasa,waktu berjalan begitu cepat bagaikan rollercoaster di arena bermain. Menghentikan kerlip bintang yang pernah aku lihat. Bintang-bintang yang sengaja ku susun rapi-rapi agar menjadi bentuk indah seperti hati. Aku memamerkan keindahanya kepada siapapun disekelilingku. Namun, bunga tak selamanya bermekaran dengan indahnya,burung tak selamanya bertempat disarangnya. Yang kutakutkan akhirnya menjadi nyata. Ia pergi dengan begitu cepatnya. Pergilah ia dengan cita-cita dan asa yang ia miliki. Tanpa perduli dengan tempat yang pernah ia singgahi. Layaknya benda mati, tempat itu hanya diam. Tentu saja,tak melakukan tindakan atau perlawanan apapun. Tempat yang suci itu, hanya bisa memandangi ia yang telah pergi dengan senyuman tipis. Senyuman yang tak pernah terlihat menangis. Oh iya,kira-kira burung itu telah berhenti pada tempat lain. Pada tempat yang menjadi tujuanya kini. Mungkin,disana lebih aman untuk tinggal. Mungkin disana,ada singgasana yang elok.
Sehingga ia tak ingin untuk meninggalkanya. Yang aku tahu,akan sangat merasa sempurna bila menampati ruang disana.
Apa kabar tempat usang tadi?
Kini,hati itu mulai berdebu dan meninggalkan sarang luka. Siapa peduli? Siapapun tak ada,bahkan ia. Yang tempat itu tau,ia telah tenang dan bahagia di tempat yang baru. Tempat itu sangat tegar dan kuat. Walaupun telah usang,namun kenangan yang terpatri di dalamnya sangat sulit untuk di pindah apalagi dibuang jauh-jauh. Semilir angin terasa masih sama dengan masa itu. Memberikan hawa kehidupan yang luar biasa indah. Rasanya masih sama. Sudah berapa lama ruang ini kosong? Cukup lama. Ruang ini dapat menjadi saksi betapa indahnya yang pernah datang lalu pergi. Perlahan,ruang ini mulai membenahi dirinya sendiri,mencoba bangkit dari hantaman dahsyat yang cukup membuatnya hancur berantakan menjadi kepingan. Tentu saja,ia melakukan semuanya sendiri. Kepergian memang memberi berjuta kisah nyaris. Namun,ruang ini mampu berdiri walaupun harus tertatih. Biarkan ia pergi,biarkan burung itu berkelana sejauh mungkin. Jika memang tempat ini tak lagi menjadi tujuan untuk pulang. Tempat ini akan terus suci. Yang ia tahu sekarang ini,dia yang telah bersemayam di singgasana lain. Adalah ia yang tak pernah benar-benar pergi….. :’)


0 comments:

Posting Komentar

 

my little dream! \(´▽`)/ Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang